POLEMIK IBADAH HAJI INDONESIA - Bag. 2

Arsip Juni 2025

Oleh:
Dr. Erwandi Tarmizi, MA
Fiqh Wa Ushuluhu Universiti Muhammad bin Saud, Pakar Fiqh Muamalat Kontemporer

🧭 Niat Sudah Benar, Tapi Jalannya... Yakin Sudah Halal?

Setiap Muslim pasti ingin berhaji. Rindu ke Baitullah. Berharap berdiri di hadapan Ka’bah. Siap menabung puluhan juta… bahkan kalau perlu berutang dulu, asal bisa dapat antrean. Tapi dalam semangat itu, ada satu pertanyaan penting yang jarang kita tanyakan pada diri sendiri:

“Apakah semua cara yang kita tempuh benar-benar halal dan sesuai syariat?”

Karena kenyataannya, banyak yang daftar haji tanpa tahu pasti kapan berangkat, bagaimana akadnya, atau bahkan dari mana visanya keluar. Ada yang pakai dana talangan, padahal itu pinjaman berbunga. Ada yang lewat jalur ‘kerja’ tapi niatnya murni haji. Ada yang daftar ulang walau sudah haji — padahal jutaan orang belum sempat berangkat sekali pun.

Semua ini bukan untuk menyalahkan. Tapi untuk mengajak kita berhenti sejenak dan bertanya: Apakah ibadah ini dimulai dengan jujur, bersih, dan sah? Dalam sesi tanya jawab ini, Ustaz Dr. Erwandi Tarmizi membedah semua polemik tersebut—dengan dalil, dengan ilmu, dan dengan hati-hati.

🎧 Dengarkan sampai tuntas, bukan untuk mencari pembenaran. Tapi agar kita tak terjebak dalam kebiasaan yang terlihat syar’i… padahal justru menjauh dari syariat.


📝 Ringkasan Poin-Poin Utama

🕋 1. Kapan Seseorang Wajib Haji?

  • Haji hanya wajib kalau syarat istitha’ah (kemampuan) terpenuhi.

  • Di antara tanda terpenuhinya istitha’ah adalah keluarnya visa haji atas nama dia. Kalau belum, belum wajib.

  • Kalau daftar antrian masih 20-30 tahun lagi, itu belum termasuk “wajib” secara syariat.

💰 2. Bagaimana dengan Dana Talangan atau Berhutang untuk Haji?

  • Para ulama sepakat: haji bagi yang punya hutang belum lunas, belum wajib. Apalagi kalau malah berhutang dulu buat haji.

  • Hutang bisa menahan seseorang masuk surga meski dia syahid. Jadi lunasi dulu hutang-hutang penting sebelum berangkat.

⚖️ 3. Akad Daftar Haji: Banyak yang Tidak Sesuai Syariat

  • Sistem DP yang tidak jelas harganya sejak awal, tidak jelas kapan berangkatnya, termasuk akad yang mengandung gharar (ketidakjelasan).

  • Idealnya seperti zaman dulu: bayar cash, lunas, lalu tinggal nunggu giliran. Itu lebih aman dari sisi akad.

📝 4. Hukum Haji Pakai Visa Kerja atau Jalan Belakang (Haji Dahili)?

  • Masuk Saudi pakai visa kerja padahal tujuannya cuma haji termasuk menipu sistem.

  • Itu merusak aturan negara lain dan bukan cara syar’i. Bahkan ustadz bilang:

    “Sebelum berangkat saja sudah bohong. Kira-kira hajinya diterima nggak?”

🏠 5. Lebih Baik Haji atau Renovasi Rumah?

  • Kalau rumah adalah kebutuhan pokok (misalnya rumah sewa mau roboh), renovasi rumah didahulukan.

  • Kalau sudah punya rumah layak, baru pikirkan haji.

📝 6. Tentang Badal Haji & Warisan

  • Kalau orang tua sudah daftar tapi wafat sebelum berangkat, maka hartanya boleh dipakai ahli waris untuk menghajikan (badal).

  • Tapi kalau belum wajib, artinya belum masuk syarat haji, maka tidak wajib badal. Terserah ahli waris mau mengupahkan atau tidak.

💸 7. Haji Plus vs Reguler vs Furoda

  • Haji plus lebih jelas akadnya karena dari awal sudah tahu biayanya berapa.

  • Haji reguler banyak gharar karena DP dulu, tapi belum tentu cukup nanti saat jadwal berangkat.

  • Haji furoda sah asalkan uang dibayar saat visa keluar, bukan jauh sebelumnya — biar akadnya nggak batil.

📝 8. Kalau Sudah Pernah Haji, Lalu Daftar Lagi?

  • Harusnya kasih kesempatan ke saudara Muslim lain yang belum wajib haji. Ini soal keadilan dan empati sosial.

  • Di Saudi bahkan dibatasi, hanya boleh naik haji tiap 5-10 tahun sekali.

🕊️ 9. Tips Simpel dari Ustadz

  • Kalau menabung, usahakan kumpulkan sendiri dulu sampai cukup. Kalau bisa bayar cash, bayar cash — supaya tenang, akadnya jelas, dan nggak mengganggu hak orang lain.

✨ Penutup

Haji itu ibadah besar. Tapi jangan cuma besar niat — pahami juga jalurnya biar berangkatnya halal, akadnya sah, dan pahalanya utuh.
Kadang kita terlalu semangat, sampai lupa menimbang. Padahal Allah sendiri bilang, “Dia tidak membebani seseorang kecuali sesuai kemampuannya.”

🎧 Yuk, dengerin penjelasan ustadz ini pelan-pelan. Biar langkah ke baitullah nanti makin ringan, hati juga makin yakin.